This text is the translation of “Toprak ve
Gül.”
Teks ini
terjemahan dari “Soil and Rose”
Khotbah
minggu ke 2 bulan Januari 2016
Pertanyaan: Dalam karyanya, Gulistan, Sheikh Sadi menyatakan: "Jadilah tanah, sehingga anda menumbuhkan mawar, tidak ada selain tanah yang dapat menumbuhkan mawar." Apakah makna yang ditunjukan dari pepatah inidalam kaitannya dengan pemahaman kita tentang kehambaan kepada Allah?
Jawaban: Jika kita melihat
dahulu arti harfiah
pepatah ini, kita dapat mengatakan hal berikut:
Mawar hanya bisa tumbuh di tanah. Karena mawar tidak mungkin tumbuh dari granit, marmer atau besi, mawar juga tidak bisa tumbuh dari perak, emas, intan atau batu delima meskipun bahan-bahan
tersebut dipegang oleh
orang-orang yang begitu berharga.
Sesungguhnya, orang-orang dimakamkan di tanah ketika mereka mati,
menunjukkan arti yang sama. Tubuh orang yang sudah meninggal tidak menghilang melainkan terkubur didalam tanah sehingga tumbuh mawar dunia lain. Anda dapat
menghubungkannya dengan kebenaran tentang tulang ekor yang terakhir atau interpretasi lainnya. Manusia mengandung esensi bahwasanya
Allah SWT membangkitkan mereka melaluinya. Namun, salah orang yang telah membiarkan rohaninya membusuk di dunia ini, tidak akan dapat tumbuh sebagai
mawar di surga.
Puncaknya Kehambaan: Sujud
Tanah merepresentasikan kesederhanaan dan kerendahan hati. Meskipun
ia diinjak-injak, dengan izin dan
rahmat Allah,
ia berfungsi sebagai sumber kehidupan bagi manusia dan makhluk lainnya. Oleh karenanya, jika seseorang seperti tanah, selama ia selalu sederhana dan menganggap dirinya tak ada apa-apanya meski posisinya
telah dianggkat, selama ia tetap menjadi seorang hamba yang rendah hati
dihadapan Allah,
maka ia akan selalu bangkit dan menghasilkan buah. Namun, seorang yang bermegah-megahan dan terus-menerus mengejar kemegahan lainnya suatu saat akan jatuh tersungkur.
Dalam hal ini,
seseorang harus bersikap rendah hati seiring dengan nikmat dan berkah yang Allah telah limpahkan kepadanya. Anda dapat menggambarkan
hakikat ini dengan merenungkan gerakan-gerakan penuh makna dalam shalat. Misalnya, seseorang yang melakukan
takbiratul ihram sembari mengucap, "Allahu Akbar," melihat posisinya di hadapan
Allah sebagaisesuatu yang sama sekali tidak ada apa-apanya dan disertai
dengan kerendahan hati menundukan diri dihadapannya dengan penuh penghormatan.
Setelah itu orang tersebut berkata, “Wahai Tuhanku, hamba sangat besryukur
kepadamu, karena engkau telah memberiku kesempatan untuk menyembahmu. Sungguh
Engkau yang maha besar! Sungguh engkau yang maha mulia! Karena hanya engkaulah
yang maha agung, aku tidak ada apa-apanya dihadapanmu. Kiranya diriku tak mampu
mencurahkan perasaan ini disaat aku berdiri. Disinilah aku merendahkan diriku
dihadapanmu serendah-rendahnya.” Dengan perasaan ini, orang tersebut kemudian
bersujud dihadapan tuhannya, kemudian ia berkata: “ Ya Allah, segala rasa
syukur ku sampaikan padamu karena engkau telah mengkaruniakanku kesempatan
untuk menyembahmu. Engkaulah yang maha besar, engkaulah yang maha mulia!”
kemudian iapun bangkit dan duduk dengan penuh harap. Seakan orang tersebut
menangkap secerca sinar-Nya, ia pun menyadari sujud pertamanya tidaklah cukup dan bersujud kembali.
Ingalah
sabda dari kebanggaan umat manusia, Nabi Muhammad saw.: "sedekat-dekatnya seorang hamba tuhan kepada tuhannya ialah ketika ia bersujud," Beliau menyatakan bahwa tak ada keadaan
yang lebih dekat dengan tuhannya selain pada saat bersujud. Hakikat ini diungkapkan dalam sebuah puisi sebagai:
Kepala serta
kedua kaki baik menyentuh tanah, sejadah mencium dahi.
Untuk kedekatan dengan Allah, inilah jalannya.
Untuk kedekatan dengan Allah, inilah jalannya.
No comments:
Post a Comment