Angin selatan senja ini menyentuh rasa
yang dulu hendak terpatri, mengusik alam bawah sadarku akan tentangnya.
365 senja yang lalu..
Senja ini kulihat disana engkau
menunggu
Kerap kubayangkan
kau masih ada, menungguku dengan goresan senja,
yang kerap
lahir di sela retinamu. Tapi hari-hari yang kita kayuh bersama begitu lepuh
dunia yang
kita bentuk terasa masam, menggantung seperti daun kuning yang
sekarat
jatuh ke tanah. Menggoda dengan sejumlah kenangan yang melulu
tanggal
semestinya
masih ada sebuah kapal, untuk sekedar gegas ke tengah laut yang penuh kalut
ombak.
Menggapai-
gapai dirimu, di tengah cecapan asin laut namun kisah kita telah dierami kabut,
setiap kali aku menyulut meredam kalut
Sungguh,
kau masih ada di belahan dadaku yang lain
bercakap tentang
puisi-puisi sunyi tertulis di otak para penyair
menampang
getir yang liat jadi peluh. Menyibak topeng-topeng kemunafikan yang
lama
melumat dalam hari-hariku. Dapatkah kita betulkan kembali letak matahari?
sebagaimana
melulu ku bayangkan ada secerah senja
yang lindung di parasmu
saat
bertemu lagi. Barangkali disebuah kota yang penuh dengan sketsa gedung
jangkung.
atau dijalan yang tak pernah kita kenal sebelumnya.
Berulang kali, aku reka-reka rencana
bahagia,
melipat setiap kecewa yang merombak isi kepala
berkali-kali,
aku tempuh jalan yang lain, tempurung kenangan yang penuh dengan guguran daun
kuhitung-hitung
dirimu, seperti begitu dekat dihadapanku.
Pangandaran, 29 Januari 2016
@oriistihari
* * *
No comments:
Post a Comment