Saturday, January 30, 2016

Puisi: Menjemput Senja di Laut Selatan

Share it Please

Angin selatan senja ini menyentuh rasa
yang dulu hendak terpatri, mengusik alam bawah sadarku akan tentangnya.
365 senja yang lalu.. 
Senja ini kulihat disana engkau menunggu
Kerap kubayangkan kau masih ada, menungguku dengan goresan senja,
yang kerap lahir di sela retinamu. Tapi hari-hari yang kita kayuh bersama begitu lepuh
dunia yang kita bentuk terasa masam, menggantung seperti daun kuning yang
sekarat jatuh ke tanah. Menggoda dengan sejumlah kenangan yang melulu
tanggal
semestinya masih ada sebuah kapal, untuk sekedar gegas ke tengah laut yang penuh kalut ombak.
Menggapai- gapai dirimu, di tengah cecapan asin laut namun kisah kita telah dierami kabut, setiap kali aku menyulut meredam kalut

Sungguh, 
kau masih ada di belahan dadaku yang lain
bercakap tentang puisi-puisi sunyi tertulis di otak para penyair
menampang getir yang liat jadi peluh. Menyibak topeng-topeng kemunafikan yang
lama melumat dalam hari-hariku. Dapatkah kita betulkan kembali letak matahari?
sebagaimana  melulu ku bayangkan ada secerah senja yang lindung di parasmu
saat bertemu lagi. Barangkali disebuah kota yang penuh dengan sketsa gedung jangkung.
atau  dijalan yang tak pernah kita kenal sebelumnya. Berulang kali, aku reka-reka rencana
bahagia, melipat setiap kecewa yang merombak isi kepala
berkali-kali, aku tempuh jalan yang lain, tempurung kenangan yang penuh dengan guguran daun
kuhitung-hitung dirimu, seperti begitu dekat dihadapanku. 



Pangandaran, 29 Januari 2016 

@oriistihari
* * *

No comments:

Post a Comment

Social Share Icons

Blogroll

About