Sunday, January 12, 2014

Observing the Awe – Inspiring Wonders Of Mount Merapi with an Observation Telescope


 A Procedure Text
By
Hari Istihari
1304554

An enchanting view comes again from Yogyakarta land. It is Mount Merapi, one of the most active volcanoes in the world. It is an enchanting object to view which has carving reliefs due to its explosion. If you like hiking, you may be familiar with “Ketep Pass”, a peak of hill which is the best spot to observe Mount Merapi and its activity. It is absolutely the best spot because we can not only see Mount Merapi itself but also we can see five peaks of mountain at once. This exciting spectacle can be experienced from approximately 1,200 meters above sea level.  It is about 50 kilometres northerly Yogyakarta.

Read More

Curug Tujuh “Angel-Niagara’s Descendant” As Unknown Exquisite Waterfalls



A Descriptive Text
By Hari Istihari
1304554


            Curug Tujuh is an exciting local tourist area on the northern part of Ciamis. It is located in Panjalu, Ciamis Regency, 100 km from Bandung, the capital of West Java Indonesia exactly. Curug Tujuh is a group of seven waterfalls, one of the water attractions in Ciamis Regency which offers natural beauty that will be unforgettable in your life.

Read More

Friday, January 3, 2014

Personal Response to “The Shawshank Redemption” Film



© Response to Literary Work
 

                                  


·       This essay will consider several aspects of the movie “The Shawshank Redemption. Based on a Stephen King novella, The Shawshank Redemption tells the story of the friendship between two convicts, a seasoned veteran of the system (Red, played by Morgan Freeman) and a newcomer who refuses to let the system destroy him (Andy Dufresne, played by Tim Robbins). This 1994 film is the first written and directed by Frank Daborant, who also wrote and directed the 1999 screen adaption of another King novel, The Green Mile.  As claimed on theInternet Movie Database, most critics agree that the strongest feature of The Shawshank Redemption is the strong performances by its two lead actors. Critics disagree on other points, from the quality of the script and direction to the essence of the film.
Read More

Wednesday, January 1, 2014

Mimpi Ujang, Seorang Anak Kuli Batu



Die Weltgeschichte ist auch die Summe dessen, was vermeidbar gewsen ware. Wir mussen uns wirklich ins Zeug legen. Willkomen in der Wuste der Wirklichkeit.

Sebut saja Ujang. Ujang, ialah sebuatan bagi setiap anak laki-laki yang terlahir di suku Sunda. Terlahir dari sebuah keluarga yang sangat sederhana membuat Ujang menempuh belajar di sebuah Sekolah Dasar di sudut kampung. Di saat itu tidak terlalu banyak jejak-jejak prestasi yang terukir di sekolah itu bahkan bisa dikatakan tidak ada. Hanya peringkat lima dikelaslah yang kala itu dapat diraih oleh seorang Ujang. Pada saat itu orang-orang yang mendapatkan peringkat pertama sampai ketiga akan naik keatas podium untuk menerima penghargaan pada saat acara kenaikan kelas. Tak ada motivasi yang terlontar dari keluarganya. Ketidakpekaan mereka akan pentingnya pendidikan. Membuat mereka  berasumsi bahwa percuma sekolah tinggi-tinggi toh presiden pun sudah ada. Kakak-kakaknya  pun rata-rata hanya lulusan SMP. Memang, pada saat itu teori “pilih kasih” di sekolahnya masih berlaku, dimana hanya orang-orang yang tabungannya banyak di kelas dan orang tua yang menyumbang dana besar untuk sekolah lah yang biasanya menjadi langganan podium kenaikan kelas. Pada kedua matanya tidak tampak sebuah tujuan yang hendak ia tuju. Ia kurang peduli terhadap minat pendidikannya sehingga ia bisa dikatakan siswa yang bodoh, yang selalu menjadi perbandingan para wagga kampung itu, karena kebanyakan anak-anak mereka tak jarang menjadi langganan podium tahunan itu.. Yang Ujang kuasai pada saat itu hanyalah bacaan shalat dan tilawah Al-Quran yang justru anak-anak lain belum bisa melakukannya pada saat itu.  
Namun mind set Ujang kala itu berubah disaat ibunya meninggalkannya untuk bekerja di negeri sebrang. Ibunya pergi meninggalkannya semata-mata dengan tujuan untuk menggapai kehidupan yang lebiah baik untuk keluarganya. Ayah Ujang yang merupakan seorang kuli batu alam di lembah Gunung Merapi tidak terlalu berkontribusi banyak terhadap perekonomian keluarga. Bahkan hanya untuk membuat kendi terisi beras pun sangat sulit. Tak jarang ia telat mengirim uang untuk keluarga Ujang. Karena itulah ibunya pergi mengadu nasib ke negeri sebrang tanpa memikirkan konsekwensi yang akan ia hadapi.
Ujang dititipkan ke ua-nya (pamannya) yang rumahnya masih satu desa. Ada raut kesedihan yang tampak di wajah Ujang tatkala ia melepaskan ciuman tangan ibunya yang hendak berangkat. Tidak memerlukan waktu yang bagi Ujang untuk bisa menyesuaikan dengan lingkungan barunya. Dikala itu ia masih duduk dibangku kelas enam SD. Ia pun mulai berpikir akan nasibnya. Ia mulai mendekati buku-buku dan mulai membacanya. Setiap hari tak sedikit waktu yang ia habiskan untuk membaca buku dan mempelajari  berbagai macam buku entah itu buku pelajaran maupun buku-buku pengetahuan umum. Ia juga mulai mencoba menyukai mata pelajaran matematika dan Bahasa Inggis, yang selama itu menjadi kelemahannya . untuk menambah wawasan pengetahuannya ia juga membaca koran yang ia pungut dari tong sampah sekolahnya. Watak pamannya yang keras dan cekatan membuat ujang sigap dalam berbagai hal, baik itu dalam bekerja, belajar maupun beribadah. Pamannya yang merupakan seorang petani mendidiknya agar belajar prihatin dan tidak leha-leha. Ia pun sering menyuruh ujang untuk bekerja yang jarang dilakukan oleh anak seusiannya, seperti mencangkul disawah, menggotong padi sekarung penuh dari sawah yang jaraknya tidak dekat, mengambil batu dari sungai untik diangkut ke pinggir jalan, dan sebagainya. Hal tersebut menjadi suatu didikan namun sayang, sama halnya dengan keluarganya, pamannya pun tidak terlalun peka  akan pendidikan. Ia kurang menyukai pada saat Ujang menghabiskan banyak waktunya untuk belajar.
“Ujang.. lagi ngapain kamu dikamar terus,,, ayo bantuin paman nyangkul disawah”
ujar pamannya tatkala ujang sedang belajar.  Yang pamannya harapkan ialah bekerja, bekerja, dan bekerja.  Ia juga jarang diberi uang jajan dan tak jarang ia hanya menelan ludah pada saat melihat teman-temannya jajan di kantin. Ia lebih memilih puasa karena selain menghemat, ia juga percaya akan adanya mukjizat hebat dibalik puasannya.  Meskipun diperlakukan seperti oleh pamannya, Ujang tetap besabar karena ia sadar diri bahwa ia hanya menumpang hidup di rumah pamannya. Setiap malam ia terjaga, mengambil air wudhu dan menyempatkan shalat malam meskipun hanya dua rakaat. Ia berdoa kepada tuhan agar diberikan hasil yang terbaik dalam segala urusan hidupnya.
Dan doa Ujang pun dikabulkan. Hasil kerja kerasnya mulai membuahkan hasil. Ia masuk peringkat 2 pararel pada saat ia duduk di semester 1 SMP. Hal yang sangat menakjubkan baginya karena lingkungan SMP sudah mulai ada hawa kompetisi melihat banyaknya siswa dari SD-SD lain. Ujang semakin giat belajar dan berlatih. Ia belajar materi-materi yang teman-temannya belum mempelajarinnya secara otodidak. Ia tekun menerjemahkan buku berbahasa Inggris dengan bantuan kamus lusuhnya, dan hal itu membuat kemampuan linguistiknya bertambah. Dan hasilnya pun sangat menggembirakan. Ia mendapatkan peringkat pertama pararel. Hal ini terjadi setiap semester. Ia juga sering menjadi perwakilan sekolahna untuk mengikuti berbagai macam lomba seperti olimpiade sains, lomba pidato bahasa Inggris, dan lainnya. Ia tak hanya menjadi perwakilan sekolahnya, namun ia juga mewakili daerahnya untuk lomba di tingkat nasional, seperti menjadi perwakilan untuk debat bahasa Inggris se Indonesia. Masa-masa emasnya pun ia torehkan tatkala ia menjadi perwakilan Indonesia untuk mengikuti ajang bergengsi didunia, Ialah Olimpiade Sains Internasional pada bidang Astronomi  yang diselenggarakan di Ukraina dan menyabet medali emas. Tak henti-hentinya ia bersyukur kepada Yang Maha Memberi Ilmu. Ia sempat tak percaya akan apa yang telah diraihnya. Ia dapat menunjukan kepada keluarga dan masyarakatnya bahwa ia adalah orang yang bisa bersaing. Ia tak malu lagi tatkala ia berjalan di desanya. Ia tak malu lagi di cemooh. Orang-orang yang mencemoohnya di masa lalu sering tertunduk malu tatkala ia bertatap muka dengan Ujang. Tampak ada raut kekesalan pada wajah mereka atas cemoohannya dulu dan telah membangga-banggakan anaknya yang prestasinya hanya sampai di podium kenaikan kelas dan sangat jauh sekali bila dibandingkan apa yang telah dicapai oleh Ujang. Namun begitu, ujang tak lantas menjadi besar kepala. Ia tetap bersosial dengan warga lainnya dan tetap bermain di sawah sebagai tempat favoritnya bermain.
Dari hasil juangnya di Ukraina, ia mengenali berbagai manusia dari seluruh penjuru dunia. Kefasihannya dalam berbahasa Inggris membuatnya mampu berteman dengan anak-anak lainnya dari berbagai negara. Ia mulai tertarik dengan bahasa-bahasa teman-temannya. Setelah kepulangannya ke Indonesia, ia mulai mempelajari berbagai bahasa asing dengan bantuan kamus  buku-buku  tata bahasa yang ia beli dan sebuah cermin untuk berlatih berbicara. Meskipun ia tidak seperti penutur aslinya, namun ia tampak fasih dalam percakapan sehari-hari. Seiring dengan keemajuan teknologi, ia memanfaatkannya sebagai media untuk terhubung dan berkomunikasi dengan teman-teman asingnya. Hingga tulisan ini dibuat, ia sudah hampir menguasai 8 bahasa asing.
Cita-citanya adalah menjadi duta perdamaian dunia. Ia sadar akan lingkungan dunia yang berubah setiap detiknya. Berbagai macam isu yang membuat dunia kacau, membuat hatinya tergerak untuk menyuarakan perdamaian. Oleh karena itu, ia masuk Jurusan pendidikan Bahasa Inggris disebuah kampus pendidikan yang cukup bergengsi didaerah Bandung  karena ia tahu bahwa dalam jurusan tersebut akan dipelajari materi “Intercultural Communication”, yang mana materi ini akan sangat berguna untuk karirnya kelak. Ia sekarang masih duduk di semester 2 Pendidikan Bahasa Inggris. Sifat kompetitifnya masih melekat dalam dirinya dan masih terbawa sampai sekarang sehingga atas karunia Tuhan Yang Maha Esa ia mendapatkan indeks prestasi yang sangat sangat memuaskan pada semester lalu.
Sebenarnya masih banyak hal yang ingin diceritakan dari seorang Ujang . Namun ruang dan keterbatasan waktulah yang membuat cerita ini berakhir. Sebagai penutup, ia menyampaikan kutipan seperti yang tertera dibawah ini.

“Anda, saya, dan kita semua adalah sama adanya sebagai mahluk ciptaan Tuhan. Yang berbeda adalah cara kita menjalani versi kehidupan kita masing-masing. Tua itu pasti, dewasa itu pilihan. Semua orang didunia ini tidak mampu melakukan hal yang sempurna, tapi setiap orang diberikan kesempatan untuk melakukan hal yang terbaik, dan hal yang terbaik dimulai dari diri kita sendiri.”

Siapakah Ujang sebenarnya?
Read More

Social Share Icons

Blogroll

About