Monday, January 25, 2016

Ori Berkisah tentang Cinta (Part 1)

Share it Please



Cerpen. Mendengar kata “cerpen” bisa jadi dikonotasikan sebagai suatu discourse kehidupan seorang pengarang yang dibesar-besarkan. Tapi ya itulah urat nadinya. Dalam cerpen kali ini akan berkisah tentang sebuah mukzizat yang rumit dalam sejarah dunia, ialah cinta, cinta yang agung. Cinta yang agung nyaris selalu berakhir dengan kegagalan. Sejarah literature telah mencatat banyak bukti: Romeo-Juliet, Kais-Laila, Sam Pek-Eng Tay, Pronocitro-Rara Mendut, dan dikalangan Sunda ada Diah Pitaloka Citraresmi dengan Saniscara yang tampan, misalnya. Dunia yang penuh kenistaan nampaknya tak sanggup menampung kehadiran cinta yang agung dalam berbagai bentuk perwujudannya. Jika pun cinta masih dapat hidup di dunia fana, tidak lain cinta dalam konteks plus-minusnya dunia. Tak dapat dibayangkan bila kehidupan dunia tanpa cinta secuilpun. Namun sekali lagi cinta yang agung sering kali tak dapat berjodoh dengan dunia. Parapemiliknya seringkali harus menjalani penderitaan dan kegagalan.


Meski dibumbui dengan ikatan cinta yang suci didalam sanubari dua sejoli, cinta yang agung nyaris selalu berakhir dengan kegagalan. Sebuah tema filosofis yang tidak akan pernah lekang dari zaman ke zaman selama manusia masih mau mempertahankan dirinya sebagai manusia penjelmaan rahasia Yang Maha Rahasia. Jika pun kita ingin menyoal lebih jauh mengenai keberadaan cinta cinta di bumi ini adalah bagaimana cinta dihadirkan dalam dunia yang tak selalu lurus, cerah, dan terkadang terang benderang. Dengan kata lain bagaimana cinta yang penuh kilau cahaya dan manis melebihi madu dapat tumbuh berakar di bumi yang remang-remang, bahkan gelap, masam bahkan pahit, sehingga sosok manusia pencinta hidup dibumi dengan seluruh plus-minusnya, keriangan, dan kesedihannya.  

* * *

Tidak bermaksud berfoya-foya mengumbar kata milik romansa cinta, namun biarkan air kisah ini mengalir membawa teratai dengan bunga cinta diatasnya. Inilah Vita menuturkan kisahnya. Cinta, adalah sebuah titah dari Sang Pencipta, perasaan yang tidak mengenal kata mustahil. Semua rintangan dapat dilalui dan segala bahagia bisa diraih. Mukjizat yang rumit dalam sejarah dunia. Ia dapat membuat manusia bertahan dari akrab demgan pedang yang berkobar. Cintalah yang memberi warna pada pepohonan, binatang, serta air untuknya minum. Cinta adalah madu murni dan getah- getah lengket dijantung dan jiwamu. Cinta tak dapat menyakitimu, karena itu bukan tugasnya. Namun kuasa membuat banyak cinta menjadi bukan cinta. Cinta ialah berbagi dan melindungi. Cinta ialah menerima dan menyayangi. Cinta itu maya tak tergapai dan hanya cinta yang bisa masuk kedalam kepalamu lalu turun kehatimu lewat pembuluh hidupmu. Cinta itu tak berwarna, namun kadang kau melihatnya menjadi merah, hitam, biru ,atau hijau! Rahasia jari-jarimu dan penamu, apapun yang kau yakini. Tapi semuanya tak dimiliki oleh mulutmu. Mulutmu itu bukan kata-kata, namun fisik darinya tertulis dalam mata dan kedua telingamu.

* * *

Kali ini izinkan aku mengucapkan, satu kenyataan cinta dari seorang perempuan kepada kekasihnya. Mereka tumbuh dalam nama cinta, dan pergi menjalani cinta yang berbahaya. Mereka dua tubuh yang menjadi satu, mereka dua dunia yang menyatu. Mereka dua sifat yang dapat saling mengisi, dan mereka laskar yang setia akan cinta. Karena dunia, surga dan neraka ada dihati mereka, namun mereka tetap tulus dalam pernyataannya. 


Sang perempuan punya suatu kesederhanaan dan kemuliaan, namun dia tak beruntung dalam hidup. Keluarganya terpecah , dia kehilangan pegangan. Sejak kecil dia selalu sendiri , hingga dia jadi rapuh akan keadaan. Sampai dia mengenal dunia yang sungguh terkutuk. Yang hanya ada ketidakpuasan, yang hanya ada tawa dan tawa tanpa sadar akan jurang terjal kehancuran didepannya. Sang Lelaki punya kemewahaan, namun ia tak menerima keberuntungan dalam hidup. Allah di surga berkenan akan keluarga. Mereka hidup dalam penyerahan dan ketololan iman yang nyata. Keluarganya sangat sayang kepadanya dan telah mempersiakan jalan hidupnya, namun sang lelaki memilih turun dari awan dan jatuh ke dunia yang gelap. Dia melepaskan pakaian kebesaran dari keluarganya lalu menghampiri sang perempuan. Dia mau ikut dalam lumpur demi mencari sebutir permata yang terselip jauh dalam sanubari sang perempuan. Dia mempertahankan nyawa demi sang perempuan dan tinggal disana sampai perempuan itu rela dan bersedia menyerahkan jiwanya. Namun orang-orang menghardik mereka atas cinta dan kebersamaan mereka , karena dunia bukan dunia yang peka akan cinta.
* * *

Kasih mereka dimulai dari suatu dunia buangan bagi keluarganya. Dunia itu adalah dunia yang sama-sama tidak mereka inginkan. Dunia itu dunia yang terpaksa, dan mereka dipaksa diatas tuntutan nilai kasih yang palsu. Mereka saling tertarik dan jatuh cinta atas kejadian-kejadian yang menghampiri hari mereka. Mata sang lelaki yang tajam, hati yang tulus, perbuatan yang ikhlas akhirnya bersanding bersama bibir yang manis dan hati yang haus sang perempuan. Saat itu juga sayap-sayap abadi datang memeluk mereka kedalam sejahtera nan tunggal.
“Jangan kau ada bersama perempuan itu hai anak baik! Jika kau sungguh sayang paada orangtuamu dan hormat pada ayahmu. Demi masa depanmu, kumohon jangan kau sentuh tangannya karena dengan tangan itu kau akan tercemar, hatimu tidak akan suci lagi, tangan itu ialah tangan terkutuk yang hanya bisa melakukan perbuatan dosa. Kumohon jangan juga tatap matanya. Karena dalam mata itu ada pemandangan yang zina, disana hanya ada nafsu dan keserakahan. Mata itu adalah jendela bagi iblis untuk merusak adat kesopanan dengan religiusmu. Kumohon jauhilah perempuan itu, karena tubuhnya berbau busuk dan senyumnya senyum yang licik.”
“Kau harus datang kerumah lelaki itu, bukankah kau sahabatnya? Bawalah air dari tabib-tabib agar sembuh dari mantra perempuan jalanan itu. Bawalah padanya nasihat-nasihat yang baik agar kau dapat membuka mata sahabatmu dari kebutaan akan keinginannya sendiri. Tolonglah bapak dan ibunya yang tersakiti atas apa yang dilakuakan anak lelakinya karena perempuan itu. Nyatakanlah padanya ayat-ayat suci dan pengertian-pengertian agar hatinya tidak terpenjara dalam kesalahan. Kau sahabatnya, dia lelaki yang baik ysng punys kemewahan dalam iman, keluarganya adalah keluarga yang baik. Jangan biarkan perempuan itu merenggut harta itu dari dalam dirinya. 

“Hai perempuan, janganlah kau tertawa, karena tawamu itu adalah rantai bagi pecinta itu, gelombang tinggi bagi sebuah kapal dan hujan bagi burung-burung yang sakit. Lihatlah kedalam cermin apakah layak kau mendapatkan suatu cinta. Lihatlah dulu rumahmu, sudahkah seekor anjing betah tinggal disana? Sudahkah pergi nlaba-laba dari kolong ranjangmu? Sudahkah tikus-tikus segan mendekatimu? Jangan kau harap lebih dari apa yang disuguhkan untukmu. Bahkan seekor ikan teri pun tak layak menjadi kawanmu. Lihat disana, disudut sana. Tempat para lalat bermain-main, para kecoa tinggal, tempat bau-bau busuk menyebar, tempat binatang kencing dan berhajat. Kami rasa disitulah tempatmu, karena kau sama dengan sampah. Kau bahkan sampah yang paling kotor. Jangan kau harap cinta datang padamu karena cinta itu sayap-sayap yang putih. Dia tak mau ada pada seseorang yang kotor. Seorang yang berkusta, yang hina, yang kotor. Jangan kau mengadah ke langit! Karena kau tak mengerti kesucian langit. Jangan kau menyebut nama Tuhan! Karena kau adalah orang yang terkutuk.
“Coba lihat mereka, suamiku, dia laki-laki yang bodoh. Begitu bencinya aku melihat perempuan itu. Lihat suamiku, tidaklah jijik lelaki itu memeluk dan membelai-belai dia? Sungguh kiranya bukan cinta yang ada pada mereka, tapi kuasa-kuasa jahat.”
* * *
Waktu memang terus melaju, seiring kata-kata yang mereka lontarkan. Kata-kata itu laksanadebu-debu yang berkuasa masuk ke dalam mata sang perempuan. Kata-kata itu laksana pisau yang melukai tubuh sang lelaki, sehingga jubahnya robek dan darah mengucur dari jantung dan nadinya. Sayap-sayap ketabahan telah dipekakan, namun akhirnya hanya tinggal Tuhan yang berkuasa. Sungguh tanah mana yang lebih subur dari kedamaian? Pepohonan mana yang lebih hijau daripada kasih. Akar mana yang lebih kuat dari kekuasaan sang Penguasa?   
Pada hari ke 13 langit terduduk diantara geronggong kepedihan. Para manusia tertutup mulutnya di bawah payung-payung kebisuan. Tanah menjadi basah oleh air mata dari hati seorang bapak, dari hati seorang kekasih mulia, dari tangisan dan jeritan piru serta haru pengecoh duniawi. Lelaki itu akhirnya habis karena tusukan cintanya. Matanya hanya punya satu menit lagi, pada detik terakhirnya di dunia, dia berkata kepada kekasih tercintanya:
"Dengar saja aku, kekasihku, lihat mataku, biatkan orang-orang ini diam, karena semasa dulu mereka telah banyak bicara. Jangan pedulikan mata-mata mereka yang menelanjangi kita, biarkan kita dianggap hina. Semua itu sudah jadi madu pahit di mulut kita.

Kekasihku, akau akan sangat merindukan bibirmu, bibir yang penuh dan manis. Mereka tidak tahu bahwa di bibir ini ada kata-kata mahluk yang mulia, san pencinta. Bibir yang apa adanya, tanpa harus mencaci orang lain  untuk diperhatikan. Bibir yang tidak berhak disentuh sekalipun oleh ayah ataupun ibumu, karena bibir ini rapuh, bibir ini nanar. Jagalah kesuciannya kekasihku, karena dunia ini terlalu kotor untuknya.

Kekasihku, aku akan sangat mendambakan mata dan rambutmu setelah ini, karena mata itu punya warna-warna yang indah. Warna-warna itulah yang mewarnai cinta dan melukiskannya. Cinta yang putih harus diwarnai dan untuk dijadikan berwarna harus ada sesuatu pengorbanan yang utuh. Kau punya itu kekasihku, sungguh jangan biarkan rangkaian itu pudar darimu. Lihat rumput itu, tetaplah berdiri di atas bahu di tengah sempitnya hati mereka untukmu. tetaplah tegak menantang terik. Jangan kau jadi orang-orang ini yang hanya terlindung dibawah payung-payung mereka. 

Kekasihku, jaga ragamu, jaga jiwamu. karena tak ada yang dapat melangkahi nikmat darimu. Tali-tali jiwamu sungguh menjeratku, menjerat cintaku untuk tetap ada di suatu kenikmatan surgawi yang agu ng. Omong-omong kalau mereka berkata kau hina. itu bohong jika mereka berkata kau mengguna-guna, karena cinta lebih tahu dan mengerti akan hati ketimbang mata-mata yang fana. Suatu saat kekasih, mereka akan tahu bagaimana sejuknya dapat dicintai dan mencintai sepenuhnya. Tanpa harus tahu dari mana, bagaimana dan apa saja yang ada pada serpihan diri.


Kekasihku, biarlah mereka tahu dari apa yang terjadi pada kita. Bukan dari kata-kata yang kita ucapkan, katrena sungguh cintamu adalah surga bagi yang haus, yang lapar, yang butuh cinta. Jaga cintaku, jaga hatimu. Dunia tak akan pernah menjadi semakin muda muda. Air tak pernah bergerak naik, lihatlah matahari. Di sana ada kesungguhan hidup, disana ada semangat yang menggelora dan kuat dari setiap jiwa yang berhasrat pada cinta. Berdasarkan detak jantung kecil dalam perutmu, rawat dia seperti kau meraewat aku selama ini. Walau kita tak pernah punya pernikahan, lebih dari itu kita punya restu dari Maha Cinta.”

Sesudah berkata demikian lelaki itu mengecup bibir sang perempuan, lalu pergi untuk waktu yang abadi. Dia memenuhi panggilan Kuasa untuk hadir di mana kasih setia abadi takkan pernah tersakiti lagi.
Lalu perempuan itu berkata, “Kiranya kalian puas? Kini tidak ada yang aku pikirkan lagi. Semuanya terserah kalian. Kalian punya hati, punya jiwa, punya perasaan. Bibirku telah terkunci dalam kepedihan yang maha dashyat. Cinta itu abadi, cinta itu mengerti, cinta itu tidak dendam ataupun dengki. Sungguh aku akan hidup dalam cinta. Namun kini tinggal cinta yang separuh, tapi aku akan katakan pada kalian semua, walau aku dan kekasihku terpisah raga, lihatlah di atas sana. Ada suatu pernikahan yang agung untuk kedua hati kami. Hilangkanlah dalam hati segala duniawi, karena apa yang kau lihat baik, tidak selamanya baik. Bukankah yang terlihat itu fana?” perempuan itu berlalu, meninggalkan mereka yang lelap bisu.

Kini perempuan itu terbaring disini, terbaring disisi mempelainya yang pergi meninggalkan dia 50 tahun yang lalu. Wanita itu berjalan dengan kuat seperti diperintahkan cintanya. Dia siap menyelami kesakitan hidup. Dia tak pedulipada dunia, tapi dengan begitu dia justru mendapatkan dunia. Dia banyak mengajarkan kepada setiap orang tentang hati yang abadi. Dia kuat diatas pukulan-pukulan keadaan, dia jatu dalam kejatuhannya, dia mulia dalam pengharapan. Kini dia telah berhasil melalu berpuluh tahun tanpa kekasih disisinya, tanpa air mata dijiwanya. Aku menaburkan bunga di atas pelaminan ini, lalu aku pergi.

“Terima kasih, Ibu, aku bangga padamu. Kini kau pasti sedang melepas rindu bersama suamimu. Ayah, peluklah dia, siramilah kehausan hatinya akan engkau.”

No comments:

Post a Comment

Social Share Icons

Blogroll

About