Sunday, October 4, 2015

The Broken Jug: Panduan Mengenai Penghargaan Terbesar bagi Para Musafir: Tidak Mengharapkan Imbalan

Share it Please


This text is the translation of “İrşat Yolcuları İçin En Büyük Kredi: Beklentisizlik.”
Teks ini terjemahan dari "The Greatest Credit for Journeyers of Guidance: Having No Expectation in Return" 
Ceramah minggu pertama bulan Oktober 2015



Pertanyaan: Apakah sifat-sifat dasar yang diperlukan untuk tugas membiarkan hati memenuhi kebenaran?

Jawaban: Seorang mukmin harus menjalankan ibadahnya kepada Yang Maha Esa yang harus disembah dengan pertimbangan mutlak sebagai pengabdian tertinggi. Hamba tuhan seyoganya tidak terganggu dari kehambaannya, karena kita adalah budak yang terkungkung di pintu-Nya. Ketidakberdayaan dan kemiskinan kita di hadapan Allah, kelemahan kita, inkonsistensi, dan ketidakmampuan kita untuk mencapai hal yang kita inginkan adalah bukti dari ini. Hal ini jelas bahwa kita bukan pemilik dan penguasa diri kita sendiri; ada penguasa mutlak atas kita.

Bahkan, seseorang bisa jadi tidak selalu merasakan kebenaran ini. Kadang-kadang, seseorang menjadi terkalibrasi kedalam frekuensi tertentu, namun pabila mereka tidak dapat menyetelnya dengan  benar, bisa jadi akan menemui beberapa gangguan. Dengan ini berarti seorang relawan akan melibatkan pertimbangan pribadi dalam hal ini. Oleh karena itu, seseorang harus mencoba menemukan suara yang tepat melalui kalibrasi yang serius.
Seseorang pertama-tama harus betul-betul mempertimbangkan pikirannya, keputusannya, dan kata-katanya dalam skala yang tetap masih menghargai hati nurani, dan hanya mengungkapkannya setelah itu. Setelah begitu banyak usaha dan perjuangan, jika beberapa aspek kepribadian kita dilibatkan kedalam masalah ini, maka kita berharap bahwa Allah akan menutupi berbagai kekurangan kita. Sikap riang dan ceria tidak sejalan dengan kesadaran kehambaan.

Membenturkan Palu, Sekali diatas yang lain
Bayangkan bahwa anda bersujud saat berdoa dan berserah kepada Allah; anda melakukannya selama lima atau sepuluh menit. Tepat pada saat itu, karena jiwa duniawi, setan berbisik kepada anda seperti ini, "Kamu telah beribadah dengan baik." Jika pemikiran seperti itu terjadi kepada anda melalui suara hati anda, anda harus langsung mengatakan, dengan suara hatimu kembali, "Ya Allah, hanya engkaulah yang semata-mata kami sembah! Kami benar-benar telah gagal menyembah-Mu! Ya Tuhanku, yang namanya diagungkan oleh setiap makhluk di bumi dan di langit, kami gagal membuat kami mengingat-Mu karena kemuliaan-Mu! Ya Allah Ya Tuhanku, yang layak disyukuri atas segala penciptaan! Kami benar-benar tak pandai bersyukur atas nikmatmu! Ya Allah, yang melampaui segala kekurangan, kami benar-benar gagal mengingat dan memuliakan Engkau!" Dan dengan demikian kita harus membentur palu pada setiap pikiran dan pertimbangan yang tidak sesuai dengan ridha-Nya.
Namun meskipun anda membanting godam palu yang paling berat di atasnya, anda masih harus tahu bahwa jenis perasaan yang disuapi oleh bisikan setan dan perhiasan yang menipu jiwa duniawi ini, akan menciptakan sebuah kehidupan baru di saat-saat tak terduga, seperti makhluk dengan sembilan nyawa. Jiwa duniawi dan setan tidak akan pernah berhenti-bahkan ketika kita sedang mengelilingi Ka'bah sekalipun, disaat kita mengangkat tangan  untuk memohon kepada  Allah di Arafah, dan disaat sedang menjalankan ibadah di Muzdalifah di malam hari, dan saat menghujani iblis dengan batu (simbolik) seolah-olah merajam keinginan sendiri seseorang; mereka akan terus mencoba untuk menyebabkan manusia terpeleset dan jatuh kedalam kesesatan.
Mangenai hal ini telah diperintahkan dalam Al-Qur'an, "Kejarlah, maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana yang diperintahkan Allah kepadamu..." (Hud 11: 112). Dengan cara yang sama, kita katakan dalam doa yang kita amati setiap hari, "Tunjukilah kami ke jalan yang lurus" (al-Fatihah 1: 5); yaitu, bimbinglah kami ke jalan yang yang benar.
Jika kita amati semua ibadah harian kita bersama-sama dengan yang sunnah, maka hal itu berarti kita sedang mengulanginya empat puluh kali sehari. Jika kita juga menjalankan shalat lainnya, seperti Awwabin, Tahajjud, dan Duha, maka kita meminta untuk dibimbing ke jalan yang lurus sebanyak enam puluh kali sehari. Jika Dia tidak memegang tangan kita dan membawa kita ke jalan yang benar, sebagian besar dari kita akan habis di jalan yang berdebu untuk jiwa duniawi. Jika Allah tidak memegang tangan kita, kita akan terlibat kedalam banyak pertikaian dan tidak mudah dapat menebus keruntuhan dan keretakan itu.

Mereka yang Melakukan Pelayanan hanya untuk Keuntungan Tertentu Tidak Akan Bisa Sukses
Di sisi lain, jika kita selalu mendawamkan nama-Nya dan selalu mengingatnya-Nya dalam pikiran kita dan tetap ingat Tuhan didalam setiap napas yang kita ambil, maka hubungan kita dengan-Nya terus berlanjut, bahkan ketika berada di bawah pengaruh sisi fisik sifat manusia. Misalnya, Rasul Allah memberi kabar gembira bahwa meskipun orang yang tidur setelah shalat Isya dan berniat bangun untuk shalat Tahajjud yang diawali dengan tidur terlebih dulu, tidurnya pun akan menjadi rahmat dari Tuhannya. Dan ini adalah penganugerahan Allah SWT yang memberi kita rahmat-Nya yang besar. Kasih-Nya yang tak terbatas tidak menahan kita untuk bertanggung jawab terhadap tugas-tugas yang benar-benar diluar kemampuan kita, tapi hanya sebatas yang dapat kita pikul. Seperti yang ditunjukkan dalam ayat, "Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya" (al-Baqarah 2: 286), tidak ada tanggung jawab yang tak tertahankan dalam Islam. 

Maka, pada saat Tuhan kita menghujani kita dengan berbagai rahmat-Nya dan karunia besar-Nya serta belas kasih-Nya yang tak terbatas, kita seyoganya jangan meminta keinginan apapun selain meminta keridhaan-Nya, karena tidak ada yang lebih baik dari itu. Setelah Allah mengizinkan orang yang beriman masuk surga atas keridhaan-Nya, hadiah terbesar-Nya untuk mereka adalah pernyataan-Nya, "Aku senang bersamamu!"
Hal ini tidak mungkin bagi kita untuk memahami kesenangan besar di dunia ini bak angin Ilahi yang merasuk kedalam jiwa manusia. Mungkin orang-orang suci seperti Abdulqadr al-Jilani, Abu’l-Hasan ash-Syadzili, Muhammad Bahauddin al-Naqshaband, Mawlana Khalid al-Baghdadi, Imam Rabbani, dan Badiuzzaman telah mengalami kesenangan semacam ini, setidaknya sebanyak dunia ini memungkinkan, sebagai hantu yang asli. Hal ini di luar kekuasaan kita baik untuk memberitahu atau menggambarkan hal seperti itu. Allah SWT memberi kita kabar gembira berikut melalui Rasul-Nya: "Aku telah mempersiapkan untuk hamba-hamba-Ku yang saleh yang matanya tidak melihat dan telinganya tidak mendengar namun mereka selalu mendengar kata hatinya."  Dari simpulan yang diambil disini, kita memahami bahwa hal ini adalah masalah yang jauh di luar nalar manusia.
Dalam hal ini, tidak ada yang lebih besar dan lebih berharga daripada mengharapkan untuk hal demikian di dunia ini dan selanjutnya, dan pada saat yang sama membangkitkan cita-cita yang sama pada orang lain. Mengenai hal ini, para nabi telah mengabdikan hidup mereka semata-mata untuk membiarkan manusia mengenal Allah, membuat manusia mengasihi-Nya, dan memperkuat hubungan manusia dengan-Nya; itu sebabnya mereka tidak meminta atau mengharapkan sesuatu dari siapa pun sebagai imbalan untuk itu. Harapan-harapan semacam itu bisa merusak ketulusan dan menyebabkan perbuatan yang sia-sia. Selain itu, orang-orang yang memberikan layanan bersyarat mereka terhadap keuntungan tertentu tidak akan pernah berhasil. Bahkan jika mereka lakukan untuk sementara waktu, angin yang merugikan akan meniup semuanya.

Kebenaran yang Sama yang disuarakan oleh Semua Nabi
Didalam surat ash-Shuara, setelah Allah SWT menyebutkan nama-nama para Nabi Nuh, Hud, Saleh, Luth, dan Shuayb, semoga kedamaian dilimpahkan atas mereka, Dia berfirman hal sebagai berikut sebagai wacana bersama mereka: "Aku tidak meminta upah untuk itu (untuk menyampaikan pesan Allah); upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semesta alam "(ash-Shuara 26: 109).
Mereka memenuhi tugasnya semata-mata untuk Allah, terus-menerus mengalihkan pandangan mereka untuk Allah, dan tidak memiliki harapan sedikit pun dari orang lain dengan imbalan jasa yang mereka perbuat.
Meskipun zaman dan kondisi telah berubah, serta berbagai penafsiran yang berbeda yang dibawa oleh segmen waktu yang berbeda, para nabi disebutkan mengatakan hal yang sama tentang masalah ini. Apapun yang disabdakan Nabi Nuh dan Nabi Hud, demikian juga Nabi Saleh, Luth, dan Syuaib. Sebenarnya, setiap masyarakat dimanapun salah satu dari Nabi kita mereka dikirim kesana, memiliki masalah yang berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun masalah yang dihadapi berbeda, mengatasinya tetap bergantung kepada pada hati yang tulus dan tidak berharap imbalan.
Misalnya, kaum Nabi Nuh telah menganggap orang besar seperti dewa dan memberi mereka nama-nama seperti Wad, Yaghus, Yauk, dan Nasr. Mereka memuja kuburan-kuburan dan mengharapkan sesuatu dari mereka. Di satu sisi, hal tersebut merupakan bahaya yang bisa dihadapi di setiap zaman.
Adapun orang-orang dari bangsa Ad, mereka membanggakan kebesaran mereka dan mereka akan membuat rumah dari batu-batu dengan ukiran mereka. Mereka tenggelam didalam kesombongan mereka sedemikian rupa bahwa mereka percaya tidak ada bahaya dari bumi atau langit yang akan menyentuh mereka. Mereka berpikir bahwa bila semua alur kesalahan dikumpulkan di bawah mereka dan mulai merusak, hal tersebut tetap tidak akan menghancurkan rumah-rumah mereka. Oleh karena itu, masalah mereka berbeda daripada kaum Nabi Nuh. Tanpa peduli terhadap ancaman yang dapat menimpa dirinya, Nabi Nuh tak henti menjelaskan dosa yang mereka perbuat dan menunjukkan ketidakpeduliannya untuk manfaat duniawi. 
Ketika kita menelaah Nabi Saleh, kita hampir melihat masyarakat waktu itu memiliki masalah yang berbeda. Mereka juga terlibat didalam ladang dan kebun mereka, dan mulai hidup didalam kesenangan dan kesombongan didalam rumah-rumah sejahtera mereka. Nabi Saleh melaksanakan misi menyampaikan pesan Ilahi dengan menghadapi semua kesulitan tanpa mengharapkan imbalan apa pun. Dia mengundang kaumnya untuk menyembah Ilahi, dan memperingatkan mereka terhadap sifat boros dan korup.
Adapun masa Nabi Luth, yang hidup setelah masa Nabi Shaleh, orang-orang tenggelam dalam kata-kata kotor yang tak pantas dan tidak mencerminkan manusiawi; mereka telah menjadi masyarakat yang menyimpang dan tidak bermoral. Seperti nabi lainnya, Nabi Luth mengundang kaumnya untuk bersatu menyembah Sang Ilahi dan berada dijalan yang benar tanpa peduli terhadap ancaman akan diusir dan terisolasi, dan tidak ada harapan imbalan atas usahanya.
Dimasa Nabi Yitro (Syuaib), timbangan di pasar telah kacau. Kehidupan komersial penuh dengan spekulasi. Uang terbang semata-mata sesuai dengan manfaat dari mereka yang berkuasa dan memenuhi saham mereka. Nabi Syuaib memperingatkan mereka dengan kata-kata, “Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang merugikan; dan timbanglah dengan timbangan yang tepat. Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan dan kekacauan.”  (ash-Shuara 26: 181-183), dan mengatakan kepada mereka bahwa ia tidak meminta imbalan apapun dari mereka.
Lima Nabi telah disebutkan dalam ayat-ayat surat Ash-Shuara (semoga rahmat dicurah limpahkan atas mereka), namun nilai-nilai kemanusiaan, tidak tidak disebutkan. Tetapi, pernyataan berikut dari Nabi terakhir terkait dalam surah lain tidak berbeda dari sabda mereka: "Aku tidak meminta upah untuk itu (untuk menyampaikan Agama Allah kepada kalian yang akan membawa kalian kedalam kebaikan), tapi yang saya minta dari kalian ialah cinta untuk kerabat dekat saya (karena misi saya) "(ash-Shura 42:23).
Dengan sabda ini, Nabi yang mulia menyatakan bahwa ia tidak meminta upah dari orang tuanya, yang menyebabkan masalah menimpanya selama tiga belas tahun masa kenabiannya, dan memaksanya untuk pindah dari tanah airnya. Meskipun ia adalah sarana keselamatan bagi kedua dunia untuk orang-orang yang ia tangani, ia sekalipun tidak meminta upah dari mereka. Ia tidur di atas tikar jerami, kelaparan selama beberapa hari, namun ia tidak pernah berubah sikap.

Meniadakan Kredibilitas dan Berakhir kepada Kematian
Sebenarnya, ini adalah cara satu-satunya untuk menginspirasi kepercayaan dan membuat mereka beriman. Orang-orang yang memiliki harapan tertentu sebagai imbalan atas layanan yang mereka lakukan dan yang mencari beberapa keuntungan akan merusak penghargaan diberikan kepada mereka dan kehilangan penghargaan di mata masyarakat yang ditangani. Dalam hal ini, jika anda telah menginjakkan kaki di jalur pelayanan didalam nama Tuhan, anda tidak boleh meninggalkan cara para nabi. Mereka yang melihat anda nyaman harus bisa mengatakan, "Ketika mereka terlibat dalam masalah ini, mereka memiliki beberapa ratus lira. Ketika mereka selesai, kita melihat bahwa mereka memiliki sisa sembilan puluh lira. Mereka bahkan gagal untuk mempertahankan uang yang mereka punya dan menghabiskan demi hal ini."
Selama prinsip ini tidak meminta dari orang lain dan tidak memiliki harapan apapun ialah atribut yang sangat diperlukan, dari mulai kepala desa sampai presiden suatu negara, juga hal ini berlaku untuk para relawan yang ditujukan untuk menyampaikan kebenaran kepada orang lain, karena semangat terbesar mereka adalah tidak memiliki harapan dan yang dikhususkan.
Mengenai orang-orang yang dikhususkan untuk melayani manusia lainnya, bagi mereka meninggalkan karya abadi mereka harus tetap berjalan di jalan para nabi. Jika tidak, mereka yang mulai jalannya seperti Harun tetapi berubah menjadi Qarun (Korah) si tukang pamer akan segera tenggelam ke dalam tanah, bersama-sama dengan kekayaan yang mereka kumpulkan, dan mereka akan menjadi sejarah yang menjijikkan. Jika lidah saya punya sedikit tempat untuk memohon kutukan, saya akan mengutuk mereka yang hanya berpikir tentang keuntungan mereka sendiri atau yang menyalahgunakan wewenang hanya untuk diri mereka sendiri. Namun tidak ada tempat yang tersedia di lidah saya untuk mengutuk seperti itu, karena seperti yang Muhammad Iqbal katakan, saya banyak memohon kepada Tuhan tentang hal ini, tapi aku tidak mengatakan amin untuk doa atas kutukan tersebut.
Dalam hal ini, setidaknya para relawan dalam lingkaran yang dirahmati ini, yang mengabdikan diri untuk melayani iman dan Al Qur'an, harus tidak pernah berharap untuk keuntungan pribadi sebagai imbalan atas jasa yang mereka lakukan. Mereka tidak harus mengorbankan pengabdiannya dan tidak memiliki harapan, yang merupakan dinamika terbesar bagi mereka, dengan imbalan hal-hal duniawi yang merupakan hal yang hina. Sudah ada orang-orang yang bekerja untuk dunia dalam kerangka hukum. Allah SWT memberkati mereka dengan keuntungan yang besar dalam kehidupan bisnisnya dan mereka menggunakan kekayaan mereka demi Tuhannya. Adapun orang-orang yang setia, yang berada dalam posisi membimbing, kekayaan terbesar mereka adalah ketulusannya dan tidak mengharapkan apa-apa. Jika mereka meninggalkan hal ini dan menjalankan setelah hal-hal lain, maka mereka telah meninggalkan hal yang lebih besar demi hal yang lebih rendah.
Ketika Sang kebanggaan umat (nabi saw.) berlalu dan dengan demikian rohnya melakukan perjalanan ke cakrawala, pakaian perang yang diberkatinya di gadai oleh pedagang Yahudi dengan imbalan uang yang dipinjam untuk menafkahi keluarganya. Khalifah Abu Bakar tidak jauh berbeda; ia telah menempatkan sisa gaji yang mereka dibayar kepadanya dalam botol dan dipercayakan kepada khalifah yang akan menggantikannya. Demikian pula, Umar ibn al-Khattab tidak memiliki apa-apa. Ia banyak tidur di atas pasir di Masjid Nabawi.

Akhir yang Menyedihkan bagi Mereka yang Menyimpang
Orang-orang yang telah kita sebutkan di atas adalah panduan besar yang harus diambil sebagai contoh. Cara dan metode yang benar adalah milik mereka. Cara lain dari hal benarnya akan layak disebut "perbuatan yang salah" Seseorang seperti yang menyimpang dari jalan yang benar akan menyimpang ke berbagai jenis kesalahan, bahkan bila ceroboh. Meskipun kesalahan ini membuat orang tersenyum di awal,suatu  hari akan datang dan mereka akan membuat orang menangis sedemikian rupa dan ia berkata, "Oh, alangkah baiknya sekiranya aku dahulu adalah tanah belaka (bukannya makhluk yang bertanggung jawab dengan kesadaran dan kehendak yang bebas )! "(an-Naba 78:40).
Dalam hal ini, setidaknya orang-orang pada kumpulan yang mulia ini harus menilai dunia ini – yang nilainya bahkan tidak melebihi sayap-sayap lalat dalam hal khayalan dan keinginan sebanyak yang diperlukan dan tidak lebih dari itu. Dalam pepatah diriwayatkan sebagai hadits, dunia dibandingkan dengan bangkai, dan dinyatakan bahwa mereka yang mengabdikan semua tindakan mereka, rencana, dan proses demi hal-hal duniawi menyerupai anjing yang berlari untuk manggapai bangkai itu.

Andai saja kita bisa melupakan dunia yang menipu ini, kecuali aspek yang yang benar-benar layak mendapatkan perhatian! Apapun yang telah dilakukan oleh orang-orang yang tidak dapat melupakannya ialah sebuah aib untuk diri mereka sendiri, untuk masyarakat mereka, dan warisan sejarah mereka. Istana Topkapi pernah memimpin bangsa yang diberkati yang mengikuti jejak sahabat Nabi untuk menjadi kekuatan dunia. Istana ini adalah manifestasi dari dunia rohani kita. Ada cita-cita luhur Mehmed II, Bayezid II, Selim I, dan Süleyman Sang Pemberi Hukum. Mereka telah ditetapkan untuk tanah yang jauh, melakukan apa yang diperlukan untuk mempertahankan hukum dan ketertiban di dunia, membawa penindas bertekuk lutut, dan membiarkan orang tertindas bernafas lega; tetapi ketika mereka kembali, mereka melanjutkan tugas mereka di Istana Topkapiyang sederhana. Sebaliknya, istana mewah seperti Dolmabahce dan Yıldız telah membawa kejatuhan Ottoman', terlepas dari semua keagungan dan kemegahan mereka. Meskipun mereka membuat dunia tampak seperti surga, mereka benar-benar menyebabkan kita lupa kepada Tuhan dan Surga.



Retrieved from:

4 comments:

  1. Namun sekarang jarang sekali yang memiliki framework seperti itu, lebih realistis. dalam artian tidaklah menggunakan dakwah sebagai sarana lahan pekerjaan kita.

    ReplyDelete
    Replies
    1. yups memang frameworknya cukup menginspirasi.Saatb ini tugas menyampaikan memang menjadi kebutuhan kita, tidak cukup sebagai suplemen saja :)

      Delete
  2. Ori usted puede tratar de escribir en español. A cambio puedo ayudar con el español.Check my texts on your What's App, ok! later i"ll make a call.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Rodrigo estamos aca para ayudarle con la lengua. Para que aprendas mas y mas, muchas gracias de todos modos... Bien i've sent you my draft and may need revising.. y me gustaría mejorarlo con alguién nativo jaja

      Delete

Social Share Icons

Blogroll

About