Monday, June 1, 2015

The Broken Jug: Nikmat – nikmat dari Allah SWT: “Rida” di dunia ini, “Ridwan” di alam akhirat

Share it Please
Tulisan ini merupakan terjemahan dari artikel dengan judul  The Good Pleasure of God: “Rida” in This World, “Ridwan” in the Next 
This text is the translation of “Dünyada Rıza, Ötede Rıdvan.”
Pertanyaan: Adakah perbedaan antara rida dan ridwan? Apa cara – cara terpenting untuk mendapatkan ridwan?
Jawaban : Rida adalah penerimaan dan cinta seseorang terhadap Allah dan Islam, dengan menaati segala sesuatu yang ditetapkan oleh-Nya, serta selalu sabar dalam menghadapi cobaan dan rintangan dalam hidup.
Mengenai konsep rida ini, Nabi Muhammad SAW bersabda, “Kami menerima dengan sepenuh hati (ridha) Allah sebagai Tuhanku, Islam sebagai agamaku, dan Muhammad sebagai Nabi dan Rasulku…”(1)
Hadist Nabi Muhammad SAW tersebut menjelaskan tentang sikap seorang muslim yang sebenarnya dan tujuan yang perlu dicapai oleh orang – orang yang beriman. Adapun tujuan yang paling penting dalam hidup ini adalah untuk mencari ridha Allah SWT, sebagaimana firman Allah dalam QS. Al Maidah (5) ayat ke 119, “Allah SWT rida kepada mereka dan mereka pun rida kepada-Nya…”.
Orang yang berhati rida kepada Allah SWT, mereka akan senantiasa berusaha untuk mencari rida Allah dalam hidupnya, supaya Allah pun rida kepadanya. Allah SWT tidak akan meridhai seseorang kecuali kalau Allah ridha kepada orang tersebut. Adapun, orang – orang yang tidak diridhai oleh Allah adalah orang – orang yang tidak menaati ketentuan Allah dengan senang hati, dan orang – orang yang tidak sabar dalam menghadapi berbagai cobaan yang menimpa hidupnya.
Ridwan:  Kabar gembira tentang Kepuasan / kesenangan hati yang kekal
Ridwan adalah balasan di alam akhirat nanti kepada orang – orang yang senantiasa berusaha mencari ridha Allah ketika hidupnya. Setiap perbuatan ibadah akan mendapatkan pahala surga yang bermacam – macam. Seperti dalam Risalah Bediuzzaman Said Nursi bahwa mengucapkan Alhamdulillah setelah selesai makan akan diberi ganjaran berupa buah – buahan dari surga. Selanjutnya, orang – orang yang selalu merasakan haus dan lapar akibat mereka berpuasa akan diberikan balasan berupa Rayyan di alam sana, Rayyan adalah suatu minuman yang jika seseorang yang merasa haus tersebut meminumnya, maka rasa haus itu akan hilang selamanya. Kemudian, keimanan dan perilaku seseorang juga akan mendapatkan balasannya, baik itu berupa nikmat yang nyata yang diberikan oleh Allah atau balasannya berupa kepuasan dan ketentraman hati kepada orang yang beriman tersebut.
Oleh karena itu, ridwan itu berbeda dengan rida. Jika rida adalah kebaikan dan kemurahan hati Allah SWT yang diberikan di dunia kepada orang – orang yang selalu mencari ridha-Nya, maka ridwan adalah kebaikan dan kemurahan hati Allah SWT yang abadi yang akan diberikan di alam akhirat nanti kepada hamba – hambanya yang beriman. Dalam kata lain, ridwan merupakan suatu pahala yang sangat luar biasa dari Allah yang diberikan kepada hamba – hambanya di alam kesenangan yang abadi nanti. Orang – orang yang beriman yang mendapatkan ridwan ini hatinya akan penuh dengan kepuasan dan kesenangan sampai mereka lupa akan nikmat – nikmat surga.
Manakah diantara Ridwan atau melihat wajah sang Pencipta yang merupakan pahala yang luar biasa?
Dalam hal ini, seseorang mempertanyakan suatu ganjaran yang luar biasa, apakah ridwan atau melihat wajah Allah SWT. Berdasarkan cendekiawan teologi Islam yang memahami betul Al-Qur’an dan As-Sunnah, mengatakan bahwa melihat wajah sang Pencipta merupakan suatu nikmat yang luar biasa. Ali ibn Uthman dalam syairnya tentang kepercayaan ahlul sunnah mengatakan:
Orang – orang yang beriman melihat-Nya tanpa keterbatasan terhadap kualitas dan kuantitasnya; tidak mungkin untuk mencontohkannya. Tatkala mereka melihat-Nya, mereka lupa akan nikmat – nikmat surga. Celaka bagi mereka yang mengatakan bahwa Allah SWT tidak dapat dilihat
Bediuzzaman mengatakan: “Hidup senang selama 1000 tahun di dunia tidak bisa disamakan dengan senangnya hidup di surga selama 1 jam, dan senangnya hidup 1000 tahun di surga pun tidak dapat dibandingkan dengan nikmatnya melihat wajah Allah yang Maha Indah selama satu jam.
Dari pernyataan Ustadz Said Nursi tadi, maka dapat dipahami bahwa melihat wajah Allah SWT merupakan nikmat dari Allah yang paling indah daripada pahala surga. Sungguh, Allah SWT dengan kebaikan dan kemurahan hati-Nya memberikan kepuasan dan ketenangan hati kepada hamba – hambaNya yang masuk surga, sebagaimana Allah SWT berkata kepada mereka, “Allah rida kepada mereka dan Allah tidak akan pernah murka kepada mereka”. Ini semua merupakan nikmat-Nya yang begitu menyenangkan dan menggembirakan hidup hambaNya. Kemudian, Allah SWT berfirman dalam QS. At-Taubah (9) ayat ke 72 yang menyatakan bahwa Ridwan merupakan nikmat surganya Allah yang sangat indah: “Dan keridaan Allah lebih besar. Itulah kemenangan yang agung” (QS. At-Taubah (9):72).
Mereka yang mencari Rida, maka akan mendapatkan Ridwan
Meskipun Rida dan Ridwan kenyataannya berbeda jika dikaitkan dengan aspek – aspek tentang dunia dan akhirat, namun semuanya memiliki hubungan satu sama lain dengan melihat kepada konsep kausalitasnya. Orang – orang yang berjuang untuk senantiasa mencari ridha Allah dalam hidupnya, maka Allah SWT akan memberikan balasan atas usaha mereka tersebut dengan Ridwan.
Namun, satu hal yang tidak boleh disalahpahami adalah bahwa hubungan antara rida dan ridwan tidak mengikuti prinsip – prinsip kausalitas duniawi, karena apa yang kamu tebarkan di dunia ini hanyalah ibarat tetesan – tetesan yang kemudian berevaporasi sehingga menjadi suatu lautan. Tetapi dalam prinsip kausalitas, tetesan – tetesan itu tidak bisa menghasilkan lautan. Namun dengan kasih sayang-Nya yang tiada batas Allah swt. membiarkan kepuasan hati kita tercurah kepada-Nya dan dengan tetesan yang serupa diatas, Nampak didepanmu sebagai lautan di akhirat.


Cara untuk memperoleh Ridwan: Menyebarkan nama Allah SWT dan Keikhlasan
Salah satu cara untuk mendapatkan rida dan ridwan adalah dengan mengagungkan nama Allah SWT. Menyebarkan nama Allah di seluruh penjuru dunia sehingga nama-Nya dapat diperdengarkan di sana. Kemudian senantiasa berjuang layaknya kuda milik kaum bangsawan yang selalu berlari tanpa lelah, untuk menyebarkan semangat dakwah Rasulullah SAW di Negara – Negara barat. Jadi, mengagungkan nama Allah SWT merupakan cara untuk memperoleh rahmat Allah.    
Seorang muslim harus hidup untuk menghidupkan orang lain, bekerja untuk kemanusiaan, dan senantiasa mengenalkan Allah SWT kepada orang lain. Sangat penting untuk menerapkan pemikiran ideal diatas untuk membuat hidup orang lain menjadi lebih berarti
Semua muslim harus ikhlas dalam memenuhi kewajibannya untuk menyebarkan nama – nama Allah supaya mereka tidak mengalami kerugian. Hamba Allah yang mukhlis adalah hamba yang mempunyai keikhlasan dalam hatinya. Namun, mereka tidak hanya harus menjadi hamba yang mukhlis (ikhlas), mereka juga harus menjadi hamba Allah yang mukhlas. Mukhlas merupakan hamba Allah yang benar – benar ikhlas dan dapat mengejawatahkan keikhlasan sejatinya. Menjadi hamba Allah yang mukhlas merupakan tingkatan para nabi yang diridai oleh Allah SWT seperti nabi Ibrahim AS, Musa AS, Nuh AS, dan Muhammad SAW. Meskipun kita tidak bisa sama seperti levelnya para nabi, namun orang – orang yang beriman harus selalu mengikuti ibadahnya para nabi yaitu senantiasa berusaha untuk mencari rida Allah, melaksanakan ibadah semata mata hanya karena Allah SWT, tidak mencampurkan urusan ibadah untuk mendapatkan hal – hal yang bersifat duniawi, serta selalu bertawakal kepada Allah SWT.
A person who has attained such consciousness will spontaneously react against anything other than Orang – orang yang telah berada dalam tingkatan seperti itu tidak akan mengharapkan apapun kecuali keikhlasan. Misalnya, jika orang ini memperoleh prestasi yang cemerlang, dia tidak pernah mengharapkan pengakuan dan pujian dari orang lain melainkan dia selalu bersyukur dalam hatinya. Ketika sesuatu terjadi dalam imajinasinya atau pikirannya serta dalam mimpinya, dia menyendiri dan mengucapkan, “Aku memohon ampun kepada Allah yang Maha Agung”. Dia menyesali dan membersihkan diri dengan cara bertaubat, inaba, dan awbah.
Salah satu cara yang paling penting untuk mendaptkan ridwan di alam akhirat nanti adalah memiliki keikhlasan sejati. Mengenai hal ini, ketika hamba Allah memiliki hati yang ikhlas / tulus, maka Allah SWT akan memberikan ridwan kepadanya. Mungkin, orang seperti itu tidak akan pernah mengalami siksa kubur dan siksa di alam akhirat. Selanjutnya, ketika dia telah menemui ajalnya dan hendak dikuburkan, jasad orang tersebut diberi anugerah oleh Allah SWT dan ruhnya akan diangkat dengan penuh rahmat Allah SWT. Maka dari itu, setiap orang yang beriman harus bersukarela untuk melaksanakan kewajiban menyebarkan nama Allah SWT serta bersungguh – sungguh dalam pelaksanaannya supaya mendapatkan keikhlasan yang sejati dan mempertahankannya.
[1] Sunan Abu Dawud, Adab, 100–101.
[2] Nursi, Bediüzzaman Said, The Words, New Jersey: The Light, 2005, p. 661.
[3] Sahih al-Bukhari, Sawm, 4; Sahih Muslim, Zakah, 85.
[4] Al-Ushi, Badu’l-Amali, pp. 50–54.
[5] Nursi, Bediüzzaman Said, The Letters, New Jersey: The Light, 2007, p. 245.
[6] Sahih al-Bukhari, Riqaq, 51; Sahih Muslim, Iman, 302.
[7] As-Sad 38: 47.

Retrieved: http://www.herkul.org/weekly-sermons/the-good-pleasure-of-god-rida-in-this-world-ridwan-in-the-next/

No comments:

Post a Comment

Social Share Icons

Blogroll

About