Tulisan ini merupakan terjemahan dari artikel dengan judul The Good Pleasure of God: “Rida” in This World, “Ridwan” in the Next
This text is the translation of “Dünyada Rıza, Ötede Rıdvan.”
Pertanyaan: Adakah perbedaan antara rida dan
ridwan? Apa cara – cara terpenting untuk mendapatkan ridwan?
Jawaban : Rida adalah penerimaan dan cinta
seseorang terhadap Allah dan Islam, dengan menaati segala sesuatu yang
ditetapkan oleh-Nya, serta selalu sabar dalam menghadapi cobaan dan rintangan
dalam hidup.
Mengenai konsep rida ini, Nabi Muhammad SAW
bersabda, “Kami menerima dengan sepenuh hati (ridha) Allah sebagai Tuhanku,
Islam sebagai agamaku, dan Muhammad sebagai Nabi dan Rasulku…”(1)
Hadist Nabi Muhammad SAW tersebut menjelaskan
tentang sikap seorang muslim yang sebenarnya dan tujuan yang perlu dicapai oleh
orang – orang yang beriman. Adapun tujuan yang paling penting dalam hidup ini
adalah untuk mencari ridha Allah SWT, sebagaimana firman Allah dalam QS. Al
Maidah (5) ayat ke 119, “Allah SWT rida kepada mereka dan mereka pun rida
kepada-Nya…”.
Orang yang berhati rida kepada Allah SWT,
mereka akan senantiasa berusaha untuk mencari rida Allah dalam hidupnya, supaya
Allah pun rida kepadanya. Allah SWT tidak akan meridhai seseorang kecuali kalau
Allah ridha kepada orang tersebut. Adapun, orang – orang yang tidak diridhai
oleh Allah adalah orang – orang yang tidak menaati ketentuan Allah dengan
senang hati, dan orang – orang yang tidak sabar dalam menghadapi berbagai
cobaan yang menimpa hidupnya.
Ridwan: Kabar gembira tentang Kepuasan /
kesenangan hati yang kekal
Ridwan adalah balasan di alam akhirat nanti
kepada orang – orang yang senantiasa berusaha mencari ridha Allah ketika
hidupnya. Setiap perbuatan ibadah akan mendapatkan pahala surga yang bermacam –
macam. Seperti dalam Risalah Bediuzzaman Said Nursi bahwa mengucapkan
Alhamdulillah setelah selesai makan akan diberi ganjaran berupa buah – buahan
dari surga. Selanjutnya, orang – orang yang selalu merasakan haus dan lapar
akibat mereka berpuasa akan diberikan balasan berupa Rayyan di alam sana,
Rayyan adalah suatu minuman yang jika seseorang yang merasa haus tersebut
meminumnya, maka rasa haus itu akan hilang selamanya. Kemudian, keimanan dan
perilaku seseorang juga akan mendapatkan balasannya, baik itu berupa nikmat
yang nyata yang diberikan oleh Allah atau balasannya berupa kepuasan dan
ketentraman hati kepada orang yang beriman tersebut.
Oleh karena itu, ridwan itu berbeda dengan
rida. Jika rida adalah kebaikan dan kemurahan hati Allah SWT yang diberikan di
dunia kepada orang – orang yang selalu mencari ridha-Nya, maka ridwan adalah kebaikan
dan kemurahan hati Allah SWT yang abadi yang akan diberikan di alam akhirat
nanti kepada hamba – hambanya yang beriman. Dalam kata lain, ridwan merupakan suatu
pahala yang sangat luar biasa dari Allah yang diberikan kepada hamba – hambanya
di alam kesenangan yang abadi nanti. Orang – orang yang beriman yang
mendapatkan ridwan ini hatinya akan penuh dengan kepuasan dan kesenangan sampai
mereka lupa akan nikmat – nikmat surga.
Manakah diantara Ridwan atau melihat wajah
sang Pencipta yang merupakan pahala yang luar biasa?
Dalam hal ini, seseorang mempertanyakan suatu
ganjaran yang luar biasa, apakah ridwan atau melihat wajah Allah SWT.
Berdasarkan cendekiawan teologi Islam yang memahami betul Al-Qur’an dan
As-Sunnah, mengatakan bahwa melihat wajah sang Pencipta merupakan suatu nikmat
yang luar biasa. Ali ibn Uthman dalam syairnya tentang kepercayaan ahlul sunnah
mengatakan:
Orang
– orang yang beriman melihat-Nya tanpa keterbatasan terhadap kualitas dan
kuantitasnya; tidak mungkin untuk mencontohkannya. Tatkala mereka melihat-Nya,
mereka lupa akan nikmat – nikmat surga. Celaka bagi mereka yang mengatakan
bahwa Allah SWT tidak dapat dilihat
Bediuzzaman mengatakan: “Hidup senang selama
1000 tahun di dunia tidak bisa disamakan dengan senangnya hidup di surga selama
1 jam, dan senangnya hidup 1000 tahun di surga pun tidak dapat dibandingkan
dengan nikmatnya melihat wajah Allah yang Maha Indah selama satu jam.
Dari pernyataan Ustadz Said Nursi tadi, maka
dapat dipahami bahwa melihat wajah Allah SWT merupakan nikmat dari Allah yang
paling indah daripada pahala surga. Sungguh, Allah SWT dengan kebaikan dan
kemurahan hati-Nya memberikan kepuasan dan ketenangan hati kepada hamba –
hambaNya yang masuk surga, sebagaimana Allah SWT berkata kepada mereka, “Allah
rida kepada mereka dan Allah tidak akan pernah murka kepada mereka”. Ini semua
merupakan nikmat-Nya yang begitu menyenangkan dan menggembirakan hidup
hambaNya. Kemudian, Allah SWT berfirman dalam QS. At-Taubah (9) ayat ke 72 yang
menyatakan bahwa Ridwan merupakan nikmat surganya Allah yang sangat indah: “Dan
keridaan Allah lebih besar. Itulah kemenangan yang agung” (QS. At-Taubah
(9):72).
Mereka yang mencari Rida, maka akan
mendapatkan Ridwan
Meskipun Rida dan Ridwan kenyataannya berbeda
jika dikaitkan dengan aspek – aspek tentang dunia dan akhirat, namun semuanya
memiliki hubungan satu sama lain dengan melihat kepada konsep kausalitasnya.
Orang – orang yang berjuang untuk senantiasa mencari ridha Allah dalam
hidupnya, maka Allah SWT akan memberikan balasan atas usaha mereka tersebut
dengan Ridwan.
Namun, satu hal yang tidak boleh disalahpahami
adalah bahwa hubungan antara rida dan ridwan tidak mengikuti prinsip – prinsip
kausalitas duniawi, karena apa yang kamu tebarkan di dunia ini hanyalah ibarat
tetesan – tetesan yang kemudian berevaporasi sehingga menjadi suatu lautan.
Tetapi dalam prinsip kausalitas, tetesan – tetesan itu tidak bisa menghasilkan
lautan. Namun dengan kasih sayang-Nya yang tiada batas Allah swt. membiarkan
kepuasan hati kita tercurah kepada-Nya dan dengan tetesan yang serupa diatas,
Nampak didepanmu sebagai lautan di akhirat.
Cara untuk memperoleh Ridwan: Menyebarkan nama
Allah SWT dan Keikhlasan
Salah satu cara untuk mendapatkan rida dan
ridwan adalah dengan mengagungkan nama Allah SWT. Menyebarkan nama Allah di
seluruh penjuru dunia sehingga nama-Nya dapat diperdengarkan di sana. Kemudian
senantiasa berjuang layaknya kuda milik kaum bangsawan yang selalu berlari
tanpa lelah, untuk menyebarkan semangat dakwah Rasulullah SAW di Negara –
Negara barat. Jadi, mengagungkan nama Allah SWT merupakan cara untuk memperoleh
rahmat Allah.
Seorang muslim harus hidup untuk menghidupkan
orang lain, bekerja untuk kemanusiaan, dan senantiasa mengenalkan Allah SWT
kepada orang lain. Sangat penting untuk menerapkan pemikiran ideal diatas untuk
membuat hidup orang lain menjadi lebih berarti
Semua muslim harus ikhlas dalam memenuhi
kewajibannya untuk menyebarkan nama – nama Allah supaya mereka tidak mengalami
kerugian. Hamba Allah yang mukhlis adalah hamba yang mempunyai keikhlasan dalam
hatinya. Namun, mereka tidak hanya harus menjadi hamba yang mukhlis (ikhlas),
mereka juga harus menjadi hamba Allah yang mukhlas. Mukhlas merupakan hamba
Allah yang benar – benar ikhlas dan dapat mengejawatahkan keikhlasan sejatinya.
Menjadi hamba Allah yang mukhlas merupakan tingkatan para nabi yang diridai
oleh Allah SWT seperti nabi Ibrahim AS, Musa AS, Nuh AS, dan Muhammad SAW. Meskipun
kita tidak bisa sama seperti levelnya para nabi, namun orang – orang yang
beriman harus selalu mengikuti ibadahnya para nabi yaitu senantiasa berusaha
untuk mencari rida Allah, melaksanakan ibadah semata mata hanya karena Allah
SWT, tidak mencampurkan urusan ibadah untuk mendapatkan hal – hal yang bersifat
duniawi, serta selalu bertawakal kepada Allah SWT.
A person who has attained such consciousness
will spontaneously react against anything other than Orang – orang yang telah
berada dalam tingkatan seperti itu tidak akan mengharapkan apapun kecuali keikhlasan.
Misalnya, jika orang ini memperoleh prestasi yang cemerlang, dia tidak pernah
mengharapkan pengakuan dan pujian dari orang lain melainkan dia selalu
bersyukur dalam hatinya. Ketika sesuatu terjadi dalam imajinasinya atau
pikirannya serta dalam mimpinya, dia menyendiri dan mengucapkan, “Aku memohon
ampun kepada Allah yang Maha Agung”. Dia menyesali dan membersihkan diri dengan
cara bertaubat, inaba, dan awbah.
Salah satu cara yang paling penting untuk
mendaptkan ridwan di alam akhirat nanti adalah memiliki keikhlasan sejati.
Mengenai hal ini, ketika hamba Allah memiliki hati yang ikhlas / tulus, maka
Allah SWT akan memberikan ridwan kepadanya. Mungkin, orang seperti itu tidak
akan pernah mengalami siksa kubur dan siksa di alam akhirat. Selanjutnya, ketika
dia telah menemui ajalnya dan hendak dikuburkan, jasad orang tersebut diberi
anugerah oleh Allah SWT dan ruhnya akan diangkat dengan penuh rahmat Allah SWT.
Maka dari itu, setiap orang yang beriman harus bersukarela untuk melaksanakan
kewajiban menyebarkan nama Allah SWT serta bersungguh – sungguh dalam
pelaksanaannya supaya mendapatkan keikhlasan yang sejati dan mempertahankannya.
Retrieved: http://www.herkul.org/weekly-
No comments:
Post a Comment