Tonton video biografi ustad Bediuzzaman Said Nursi, seorang mujaddid asal Turki. Klik linknya dibawah ini:
[https://www.youtube.com/watch?v=dwj7Ou5i3pg]
Badiuzzaman Said Nursi
Syaikh
Sa’id An-Nursi adalah salah seorang ulama yang hidup pada masa Khilafah
Islamiyah, lahir di provinsi Bitlis, yang terletak Turki Timur pada
tahun 1877. Beliau adalah orang yang sangat cerdas pada masanya, beliau
mampu menghafal Al-Quran hanya dalam waktu 2 minggu, dan menghafal 90
jilid kitab-kitab pokok islam, dan juga menguasai Bahasa Arab dan Parsi
disamping Bahasa Turki dan Kurdi. Beliau telah menulis 3000 kitab dalam
Bahasa Arab, dan juga mempelajari Ilmu Filsafat Barat dan peradabannya
secara mendalam, dan juga telah menyusun 14 Ensiklopedi yang mencakup
permasalahan islam modern. Beliau pelopor pertama pergerakan islam di
Turki Modern dan beliau juga yang pertama kali berkonfrontasi dengan
Negara Sekuler Turki setelah runtuhnya Turki Ustmani. Selama hidupnya,
Syaikh Said Nursi telah dipenjara selama 28 tahun dan diasingkan
sebanyak 21 kali, kebanyakan kitab-kitab karangannya ditulis di penjara
atau di pengasingan.
Untuk pertama kali beliau belajar di
Kuttab (madrasah) pimpinan Molla Mehmet Emin di desa Thag pada tahun
1886, disamping itu ia juga menerima pendidikan dasar dari ulama
terkenal di daerahnya.
Pada tahun 1891, ia berangkat bersama
seorang temannya menuju sebuah madrasah di Bayezids, salah satu daerah
di Turki Timur dibawah bimbingan Syeikh Muhammad Jalali. Disinilah Said
Nursi mempelajari ilmu-ilmu agama dasar. Karena sebelumnya ia hanya
mempelajari ilmu Nahwu dan Sharaf saja. Ia belajar dengan segala
kesungguhan dan secara intensif hanya dalam waktu tiga bulan saja,
selama itu, ia juga mempelajari dan menghafal seluruh buku yang yang
dipelajari di sekolah-sekolah agama. Disini ia mempelajari sekitar 80
kitab, diantaranya Jam’u al-Jawami’, Syarh al-Mawakif dan Tuhfah. Dari
Madrasah ini juga ia mendapatkan ijazahnya.
Said Nursi
berangkat menuju kota Van atas undangan walikotanya yang bernama Hasan
Pasya pada tahun 1894. Kemudian ia pindah ke rumah Thahir Pasya. Dalam
waktu yang relative sangat singkat, ia mampu menguasai matematika,
kimia, ilmu falak, fisika, biologi, filsafat, sejarah, geografi dan lain
lain. Dan berkat potensinya yang mampu menyerap berbagai disiplin ilmu
dan otaknya yang sangat jenius, ia digelari Badiuzzaman (keajaiban
zaman). Hal ini merupakan pengakuan dari para ulama atas kecerdasannya
yang tajam, ilmu yang mendalam dan wawasannya yang luas.
Dengan
latar belakang pendidikan yang telah dijelaskan, Said Nursi tidak puas
dengan sistem pendidikan yang ada di Turki Utsmani. Ia berangkat menuju
Istambul untuk menyampaikan usulan kepada pemerintah agar memdirikan
sebuah madrasah yang bernama Madrasah Az-Zahrah yang mana ilmu agama
diajarkan secara bersamaan di Turki Timur pada tahun 1907. Karena ia
mengatakan “cahaya hati adalah ilmu-ilmu agama dan cahaya akal adalah
ilmu sains modern. Hakikat akan terlihat jelas dengan menggabungkan
keduanya. Ketika keduanya terpisah, maka akan timbul fanatisme pada
salah satu (ilmu agama) dan skeptisme pada yang lain”. Namun tujuan ini
tidak tercapai, karena pecahnya perang dunia I dan kondisi Turki Utsmani
yang tidak stabil.
Ketika konstitusi kedua diundang-undangkan
dalam sistem pemerintahan Turki Utsmani (23 Juli 1908), dia mendukung
pemerintah konstitusional. Perhatiannya lebih difokuskan pada kegiatan
orasi dan menulis makalah-makalah sebagai media untuk menjelaskan
makna-makna kebebasan dalam islam dan pengaruh islam dalam kehidupan
politik. Ketika terjadi pemberontakan pada 31 Maret 1909, ia ditangkap
dan disidang di kemah-kemah tentara atas tuduhan menyebabkan kekacauan,
ia telah mencoba menentramkan keadaan, akhirnya ia dibebaskan. Pada
tahun 1910, ia pulang ke Turki Timur, ia berkeliling ke berbagai kota
dan kawasan pedesaan termasuk kabilah-kabilah dalam rangka
mensosialisasikan pemerintahan konstitusional dan makna kebebasan
menurut islam kepada masyarakat. Dialog Said Nursi dengan masyarakat
dibukukan dalam sebuah risalah Munazarat (debat-debat) dan diterbitkan
pada tahun 1913.
Beliau pergi ke Damaskus untuk menyampaikan
sebuah khutbah di Masjid Umaiyah tentang kondisi umat islam dan cara
mengatasi masalah-masalahnya pada tahun 1911. Khutbah ini berbentuk enam
“kata” yang menjadi obat bagi “enam penyakit yang mengerikan” yang
menghambat perkembangan dunia islam. Penyakit itu adalah hidup dan
matinya rasa putus asa, matinya kebenaran dalam kehidupan sosial, cinta
kepada permusuhan, tidak mengetahui adanya tali suci yang menyatukan
kaum muslimin, despotisme dan usaha untuk diri sendiri. Untuk mengatasi
penyakit-penyakit yang melanda umt islam, said Nursi menawarkan beberapa
obat, yaitu membangkitkan harapan,kejujuran,menjaga persaudaraan,
menjaga persaudaraan antar umat islam, dan penerapan prinsip musyawarah.
Khutbah tersebut diterbitkan beberapa tahun kemudian dengan judul
Hutbe-I Samiye.
Badiuzzaman adalah seorang yang pencinta
kedamaian, namun ketika perang dunia I meletus dan Turki Usmani
terlibat, ia pun ikut memanggul senjata dan bergegas menuju medan
perang. Said Nursi bersama para muridnya dengan segala daya ikut serta
menghadapi Tentara Rusia. Dan selama terlibat dalam pertempuran tersebut
ia berhasil menyelesaikan tafsirnya yang sangat berharga, Isyarat
al-I’jaz Fi Mazhan al-I’jaz, dalam bahasa arab. Penyusunan tafsir ini
dengan cara didiktekan kepada salah seorang muridnya yang bernama Habib.
Ketika pasukan Rusia memasuki kota Bitlis ia dan para muridnya berusaha
mempertahankannya. Selama pertempuran ini Said Nursi terluka dan
tertangkap oleh pasukan Rusia dan dibawa ke salah satu markas tawanan
militer di Qosturma yang terletak di Rusia timur. Setelah Said Nursi
berada di pengasingan sebagai tawanan perang selama dua tahun, ia
berhasil melarikan diri dari sana, peristiwa ini terjadi setelah meletus
Revolusi Bolsyevik.
Setelah ia pulang ke Istanbul, Nursi
diangkat menjadi anggota Darul Hikmah Al-Islamiyah tanpa
sepengetahuannya sebagai penghargaan kepadanya (13 Agustus 1918 M). para
anggota Darul Hikmah ini hanya ulama terkemuka saja. Ketika Nursi
berada di lembaga tersebut terjadi Transformasi yang menyebabkan
perubahan Said lama ke Said baru. Pada masa ketika Inggris berhasil
menduduki Istanbul (16 Maret 1920), Nursi berhasil menyelesaikan bukunya
yang berjudul al-Khuthuwat as-Sitta (Enam langkah) yang mengkritik
serangan Inggris.
Atas dasar jasa Nursi dalam Perang Dunia I
dan perjuangan nasional, ia berulang kali diundang ke Ankara oleh
Musthafa Kemal, hingga ia berangkat juga ke sana pada tahun 1922.
Sayangnya ia tidak betah di Ankara karena melihat banyak para anggota
Legislatif yang tidak shalat, suatu hal yang membuatnya sedih. Dengan
demikian ia menyampaikan sebuah pidato yang memuat sepuluh materi kepada
anggota dewan di Majlis Nasional pada tanggal 19 Januari 1923 agar
mereka menjalankan kewajiban islam.
Pada tahun 1925,ada satu
pemberontakan yang terjadi di Turki Timur dibawah pimpinan seorang
pemimpin Thariqah Naqsabandiyah kepada pemerintahan Turki sebagai
perlawanan terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah Republik Turki yang
baru. Para pemberontak meminta dukungan Badiuzzaman karena ia sangat
berpengaruh dikalangan rakyat. Tetapi ia menolak seraya berkata, “pedang
boleh digunakan untuk musuh dari luar, ia bukanlah untuk digunakan di
dalam negeri, hentikan usahamu karena ia akan gagal, ia akan menyebabkan
pertumpahan darah sesama muslim dan beribu-ribu orang akan terbunuh
lantaran tindakan beberapa orang yang zalim”. Walaupun Nursi tidak
terlibat dalam pemberontakan tersebut, ia diasingkan ke Burdur, Turki
barat. Sejak itu, kehidupan Nursi dilewatinya di penjara atau
pengasingan selama 24 tahun. Selama periode ini, ia mengaran master
piece-nya, yaitu Risalah Nur.
Pertama kali ia diasingkan ke
Burdur selama beberapa bulan pada tahun 1926. Setelah itu ia diasingkan
ke sebuah desa bernama Barla yang terletak di kota Isparta. Para musuh
keimanan mengira ia akan meninggal dunia di desa Barla tersebut hingga
kenangan tentang dirinya akan sirna. Akan tetapi Allah sungguh Maha
Pengasih terhadap hamba-hamba-Nya, Dia melindungi Syaikh Nursi dengan
fadhilah dan kemuliaan-Nya. Hingga akhirnya daerah Barla menjadi sumber
pancaran sumber keagungan cahaya Al-Quran. Nursi berhasil menulis
sebagian besar karya, Risalah Nur dan menyebarkannya melalui
murid-muridnya selama tinggal di Barla.
Setelah 8 tahun di
Barla, dia dikirim ke Mahkamah Eskisehir untuk diadili dengan
tuduhan-tuduhan yang tidak berdasar seperti membentuk organisasi
rahasia, menentang pemerintah serta membentuk thariqat. Pemeriksa
sedikit pun tidak berhasil membuktikan bahwa ia bersama muridnya
terbukti melakukan apa yang dituduhkan. Namun demikian pengadilan tetap
memvonis kurungan sebelas bulan kepadanya sebagai hukuman atas karyanya
Risalah Hijab, mengenai cara pakaian wanita.
Setelah bebas dari
penjara Eskisehir, Nursi dikirim ke tempat pengasingan kedua, yaitu
Kastamonu pada tahun 1936 selama 7 tahun, selama tinggal di Kastamonu ia
melanjutkan penulisan Risalah Nur, pada periode ini Nursi selalu
berkoresponden dengan muridnya secara rahasia, surat-suratnya disalin
dan disebarkan ke kampung-kampung, desa-desa dan kota-kota di sekitar
Kastamonu. Dengan kegiatan ini, aktivitas menyalin pun tumbuh dan
berkembang. Diantara para murid yang menyalin ini sampai ada yang
menyalin lebih dari seribu surat. Langkah ini akhirnya membuahkan enam
ratus ribu eksemplar manuskrip Risalah Nur.
Pada tahun 1943
Nursi dikirim ke Denizli untuk dipenjara dengan tuduhan-tuduhan yang
telah dijelaskan diatas. Pengadilan membentuk tim ahli untuk meneliti
Risalah Nur. Hasil penelitian mereka menegaskan, bahwa dalam Risalah Nur
tidak ditemukan unsur yang mengharuskan Nursi didakwa dengan
tuduhan-tuduhan yang selama ini dialamatkan kepadanya. Kemudian pada
tanggal 15 juli 1944 dikeluarkan ketetapan pengadilan bahwa Said Nursi
bebas dari segala dakwaan yang dituduhkan kepadanya.
Setelah
dibebaskan dari penjara Denizli, Nursi diharuskan menempati sebuah rumah
di Kecamatan Emirdag di Afyon. Dia tinggal di Emirdag zampai tahun
1948. Selama 4 tahun itu ia telah banyak mendapat kunjungan dari
kalangan masyarakat dan banyak mendapat murid. Ia juga telah berusaha
menyebarkan Risalah Nur ke seluruh pelosok turki melalui pembaca Risalah
Nur (Thullab An-Nur).
Pada tanggal 23 Januari 1948 M. polisi
menggerebek dan menggeledah rumah Nursi ia bersama muridnya ditangkap
dan dijebloskan ke sel rutan kota Afyon. Kali ini pun dakwaan sama
dengan dakwaan yang dijatuhkan kepadanya sebelumnya. Padahal pengadilan
sebelumnya telah menyatakan bahwa Nursi dan muridnya bebas dari dakwaan
tersebut. Sidang pengadilan berjalan lama dan berakhir pada tanggal 6
desember 1948. Dia divonis penjara dua puluh bulan. Sedangkan vonis yang
dijatuhkan kepada muridnya tidak seragam, bahkan ada yang dibebaskan.
Nursi menolak vonis ini dan menyatakan banding. Dalam pengadilan tinggi
ia dinyatakan bebas dari segala dakwaaan yang dituduhkan. Namun ia telah
mejalani hukuman penjara tersebut. Karena pengadilan Afyon memperlambat
pembebasan tersebut dengan berbagai alasan.
Selama masa
pengasingan dan penjara (1926-1950), halaqah pengajian tumbuh dan
berkembang. Sementara itu para muridnya pun aktif mempelajari Risalah
Nur dan menyalin dan menyebarluaskannya ke seluruh penjuru Turki. Nursi
bangkit untuk menyelamatkan iman dikalangan masyarakat Turki.
Menyelamatkan iman, inilah tugas pokok dan utama yang tidak boleh
ditempuh dengan sikap tergesa-gesa dan emosi yang tidak terkendali,
namun tidak boleh juga dinomor-duakan. Semua penjara menjadi Madrasah
Yusufiah yang mana para napi mempelajari agama disana.
Setelah
tahun 1950 Nursi memasuki periode Third Said (Said ketiga). Aspek Third
Said ini langsung terkait dengan kemenangan Partai Demokrat pada tahun
1950. Tetapi keterlibatan Nursi dalam bentuk dukungan dan bimbingan
kepada partai digambarkan sebagai ahwan as-Syarr (yang paling sedikit
keburukannya diantara yang buruk). Dia memilih Partai Demokrat untuk
menghalangi Partai Republik agar tidak memerintah kembali.
Pada
periode ini juga Nursi tinggal bersama murid-murid dekatnya untuk
membimbing mereka dan mengajar metode dakwah Risalah Nur. Selain itu,
halaqah pengajian Risalah Nur berkembang dan telah dibuka dersane
(tempat studi Risalah Nur) di seluruh Turki. Di samping itu, percetakan
Risalah Nur dibebaskan dengan keputusan pengadilan pada tahun 1956 dan
Risalah Nur dicetak dan disebarkan di seluruh Turki.
Dengan
pengabdian panjang untuk masyarakat Turki, Nursi meninggal pada tahun
1960. Dan penguasa belum merasa puas dengan tindakannya terhadap Syaikh
Nursi, sehingga mereka membongkar makam Syaikh An-Nursi 3 bulan setelah
wafatnya dan membuang jasadnya ke tempat yang tidak diketahui. Tetapi
pengaruh Nursi tetap eksis dalam masyarakat Turki melalui karya-karya
yang dihasilkannya. Dan saat ini, sebagian Risalah Nur sudah
diterjemahkan dam 30 bahasa, termasuk Bahasa Indonesia.
Retrieved from: http://sastrabaroya.blogspot.com/2013/02/badiuzzaman-said-nursi.html
No comments:
Post a Comment